Francesco Bagnaia Berganti Motor Seperti Marc Marquez demi Menghadapi Rekan Setim yang Tangguh

Francesco Bagnaia Berganti Motor Seperti Marc Marquez demi Menghadapi Rekan Setim yang Tangguh


Pembalap Ducati Lenovo, Francesco Bagnaia, mendapatkan kemenangan pertama di tahun 2025 setelah memenangkan podium juara MotoGP Amerika Serikat 2025.

Inilah sebuah keberhasilan yang tidak terduga namun membahagiakan di COTA (Circuit of The Americas), tempat balap favorit Marc Marquez.

Pada perlombaan yang dimulai dengan situasi berantakan dan kondisi cuaca tidak menentu, sang pembalap dari Italia tersebut mampu unggul, mengambil kesempatan dari tabrakan tim mateernya di lap kelima belas untuk meraih kemenangan atas Alex Marquez serta Fabio Di Giannantonio.

Akan tetapi, keberhasilan ini lebih dikarenakan instinct-nya dibandingkan dengan tindakan yang beresiko.

Bagnaia tidak memperdulikan saran dari kepala mekanik timnya, Cristian Gabarrini, agar mengejar Marquez yang cepat menuju pit guna berganti motor sesuai dengan kondisi trek yang basah.

MotoGP Americas 2025 akan dikenang karena kekacauan sebelum balapan, tetapi juga karena ketenangan dan insting Bagnaia.

Di area di mana Marquez mendominasi, Bagnaia membuat kejutan besar bagi semua pihak, bahkan untuk timnya sendiri, dengan meraih kemenangan yang mengesankan.

Akan tetapi, segalanya dapat berbalik dalam hitungan detik saat kebisingan terjadi di grid awal.

Pada saat hujan reda dan sinar matahari mulai bersinar, tensi naik di jaringan listrik. Ban berlecetan sekali lagi menjadi opsi yang dapat diterima, namun waktu semakin sempit, dan keputusan perlu dibuat segera.

Cristian Gabarrini menasihatkannya agar bertahan di lintasan dan tidak menyusul Marquez ke box. “Sepeda motor kedua belum siap, kita perlu tetap tenang. Tenang saja, nanti kami yang akan mempersiapkannya untuk Anda,” bisik Gabarrini kepada Marquez.

“Marquez perlu memilih motornya itu. Bila tak melakukannya, ia wajib start 10 detik lebih lambat dibandingkan lawan-lawannya,” jelas Gabarrini seperti dikutip Paddock GP.

Dia mampu melakukan itu. Mereka takkan memberinya hukuman dengan melewatkan di area pit, tapi dia harus masuk ke dalam pit. Dia enggan melakukannya, namun bila dia lari untuk mendapatkan sepeda motornya yang lain, maka dia bakal start paling belakang.

Bagnaia sama sekali tak peduli dengan nasihat dari staf teknikalnya. Namun, ia tidak bisa menyepelekan apa yang telah disaksikannya.

Marquez, yang selalu berada satu langkah di depan, buru-buru menuju pit.

Bagnaia sempat bimbang sebentar, kemudian mengambil keputusan.

Sambil memikirkannya dalam hati, saya merasa dia sangat pandai dan mengetahui dengan jelas apa yang harus dilakukan. Oleh karena itu, saya juga akan mengikutinya (dengan cara menukar motornya), ” ungkap Bagnaia.

Beberapa detik setelah itu, ketika dia mendaki dengan sesak ke sepeda motornya yang berlubang, lampu mulai bersinar. Peluncuran dibatalkan dan perlombaan pun diakhiri.

Hampir saja berhasil. Keputusan yang intuitif, berbahaya namun menguntungkan. Mungkin pada detik itu pula Bagnaia mendapatkan poin krusial, bukan hanya untuk perolehan gelar juara, tapi juga dalam aspek psikologi pertarungan mental melawan Marquez.

Setelah mengikuti dua perlombaan di bawah naungan rekan satu timnya yang baru, Bagnaia menunjukkan bahwa dia paham cara untuk membalas dengan tepat.

Bagnaia kemudian berusaha merebut kembali posisi tersebut. Kemenangan di Austin tidak hanya disebabkan oleh kesempatan yang muncul usai jatuhnya Marquez, tetapi juga merupakan bukti dari ketajaman pikiran, fleksibilitas dalam menyesuaikan diri, serta sikap tenang.

Yang paling penting, pesannya adalah pertarungan dual antara Marc dan Pecco akan adil. Bagnaia hadir di sini.

Dan bila dia terus mengambil keputusan yang benar di saat yang tepat, meskipun berlawanan dengan nasihat timnya, maka dirinya akan tumbuh menjadi lawan yang semakin kuat dalam persaingan untuk merebut gelar juara dunia ketiganya di ajang MotoGP.

Copyright © 2025 Heroes MYID